Kamis, 05 Maret 2009

cerita 8

POHON CEDAR

Ketika Sang Guru mendengar bahwa hutan cedar sebelah telah
terbakar, ia mengerahkan seluruh muridnya. "Kita harus
menanam kembali pohon-pohon cedar," katanya.

"Pohon cedar?" teriak murid tidak percaya. "Tapi pohon-pohon
itu membutuhkan waktu 2.000 tahun untuk tumbuh besar!"

"Oleh sebab itulah," kata Sang Guru, "tak boleh ada satu
menit pun terbuang. Kita harus segera mulai."NAFKAH Seorang teman berkata kepada seorang mahasiswa, "Untuk apakamu pergi kepada Sang Guru? Apakah ia akan membantu kamuuntuk mendapatkan nafkah?" "Tidak, tetapi karena beliau saya akan mengetahui apa yangharus saya lakukan dengan nafkah itu saat sayamendapatkannya," jawabnya.DALAM KITAB "Pembimbing rohanimu sama buta dan bingungnya dengan kamu,"kata Sang Guru. "Jika menghadapi permasalahan hidup, segeramereka mencoba mencari jawabnya dari dalam Kitab. Padahal,hidup itu terlalu besar untuk dicocokkan dengan kitab manapun." Untuk melukiskan hal itu, ia bercerita mengenai seorangpenjahat yang berkata, "Angkat tangan! Berikan uangmu ataukalau tidak..." "Kalau tidak, apa?" "Sudahlah, jangan banyak bertanya dan membuat saya bingung!Saya baru pertama kali ini merampok."KEJAHATAN "Bagaimana Sang Guru menjelaskan kejahatan di dunia ini?"tanya seorang tamu. Salah satu murid menjawab, "Ia tidak menjelaskannya. Iaterlalu sibuk untuk mengurusi hal itu." Kata yang lain, "Orang-orang senantiasa berjuang melawandunia atau menjadi jemu dengannya. Sang Guru selalu terpikatdengan apa yang ia lihat, semuanya mengagumkan, hebat, dantidak dapat diduga."PENGKHOTBAH Pengkhotbah itu dipuji karena khotbahnya yang memikat.Tetapi ia mengakui kepada teman-temannya bahwa khotbahnyayang memikat itu tidak pernah berdampak seperti kata-kataSang Guru yang sederhana. Setelah hidup bersama dengan Sang Guru selama seminggu, kiniia mengetahui dengan tepat alasannya. "Ketika ia berbicara," kata pengkhotbah itu, "bicaranyabermuatan keheningan, sedangkan bicaraku bermuatanpemikiran."BEJANA TANAH Sang Guru bisa dikatakan sangat menghormati tubuh manusia.Ketika seorang murid mengatakan bahwa tubuh manusia itu"bejana tanah liat," Sang Guru mengutip puisi Kabir: "Dalam bejana tanah liat ini ada tebing-tebing dangunung-gunung Himalaya; tujuh samudra ada di sini, danberjuta-juta galaksi; dan musik segala penjuru, dan sumberair terjun, dan sungai-sungai."TUJUAN PENDIDIKAN Ketika Sang Guru berjumpa dengan sekelompok guru sekolah, iaberbicara banyak dan bersemangat karena ia sendiri pernahmenjadi seorang guru. Persoalan yang dimiliki para guru,katanya, adalah bahwa mereka melupakan tujuan pendidikan:bukan belajar, melainkan hidup. Ia menceritakan saat ia melihat seorang pemuda yang sedangmemancing di sungai. "Halo! Hari yang bagus untuk memancing?" katanya kepadapemuda itu. "Ya," jawab si pemuda. Setelah beberapa saat, Sang Guru berkata, "Mengapa kamutidak pergi ke sekolah hari ini?" "Seperti yang Guru katakan, karena hari ini bagus untukmemancing. " Dan ia menceritakan tentang rapor anak perempuannya "Ninanilainya baik di sekolah. Ia akan jauh lebih baik jikakegembiraan hidup yang murni tidak menghambat kemajuannya."BURUNG BERKICAU Sang Guru suka menunjukkan bagaimana alam bermandikankekudusan. Suatu ketika ia duduk di taman dan berseru, "Lihatlah burung berwarna biru cerah yang bertengger di atascabang pohon itu. Ia meloncat ke atas dan ke bawah, naik danturun, mengisi dunia dengan kicaunya, membiarkan dirinyaterbuka pada kegembiraan, sebab tidak terpikirkan olehnyamengenai hari esok."PERJALANAN Seseorang bertanya kepada Sang Guru mengenai makna ungkapan"Orang yang telah mendapat pencerahan melakukan perjalanantanpa gerakan." Kata Sang Guru, "Duduklah di depan jendelamu setiap hari danamatilah pemandangan yang senantiasa berubah sementara bumimembawa kamu melalui perjalanan tahunannya mengelilingimatahari." BAHASA ILAHI Sewaktu mendengar Sang Guru mengidungkan ayat-ayat Sanskritdengan merdu, seorang ahli bahasa Sanskrit sangat terpikat.Lalu ia berkata, "Saya mengetahui bahwa tak ada bahasa dibumi ini seindah bahasa Sanskrit untuk mengungkapkan hal-halyang ilahi." "Jangan bodoh," kata Sang Guru. "Bahasa yang ilahi bukanSanskrit. Bahasanya adalah Keheningan."
MENCELA DIRI

Sang Guru merasa geli atas jenis pencelaan diri palsu yang
dimaksudkan sebagai kerendahan hati. Ia menceritakan
perumpamaan ini kepada para murid:

Dua orang pergi ke sebuah gereja untuk berdoa. Mereka itu
seorang imam dan seorang koster. Imam itu mulai menepuk dada
dan memohon, "Tuhan, saya adalah orang yang paling rendah.
Saya tidak pantas menerima rahmat-Mu! Saya hampa, bukan
apa-apa, kasihanilah saya."

Tidak jauh dari imam itu sang koster juga menepuk dada dan
memohon, "Kasihanilah saya, ya Tuhan. Saya adalah seorang
pendosa, bukan apa-apa."

Imam itu menoleh dengan angkuh. "Ha!" katanya. "Lihat siapaitu yang berani-beraninya menyatakan dirinya bukan apa-apa!" PENGARUH SPIRITUALITAS "Sebutkan satu pengaruh praktis dan nyata darispiritualitas," kata seorang skeptis yang siap berdebat. "Salah satunya ialah," kata Sang Guru, "ketika seseorangmenyerang kamu, kamu dapat membangkitkan rohmu ke ketinggianyang tidak dapat dicapai oleh serangan mana pun."DEMI KEBENARAN "Hanya orang bodohlah yang ragu-ragu untuk menyerahkansegala sesuatu demi Kebenaran," kata Sang Guru. Dan ia menceritakan perumpamaan berikut kepada mereka Ketika ditemukan minyak di suatu kota kecil, para pemiliktanah dengan senang hati menjual setiap petak tanah merekakepada Perusahaan Minyak demi keberuntungan. Seorang nenek tua menolak menjual tanahnya, berapa punharganya. Tawaran mencapai angka sangat tinggi, sampai satu PerusahaanMinyak menyatakan bahwa perusahaannya siap untuk memberikanharga berapa pun yang diminta oleh nenek tua itu. Namun, sinenek tetap bersiteguh. Oleh karena itu, seorang temanbertanya mengapa. Kata nenek tua itu, "Tidakkah kamu lihat:jika saya menjualnya, saya akan kehilangan satu-satunyasumber pendapatan saya?" KAYA NAMUN MALANG "Saya kaya, namun malang. Mengapa?" "Karena kamu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mencariuang dan terlalu sedikit untuk bercinta," kata Sang Guru.TEKNOLOGI MODERN Suatu hari ketika pembicaraan beralih ke teknologi modern,Sang Guru menceritakan tentang temannya. Temannya itu inginmengembangkan cita rasa musik dalam diri anak-anaknya, makaia membelikan sebuah piano untuk mereka. Ketika sampai di rumah, anak-anaknya mengamati piano itudengan penuh kebingungan. "Bagaimana menyambungkannya kearus listrik?" kata mereka. TAWAR-MENAWAR HIDUP Ketika masih muda, Sang Guru banyak melakukan perjalanankeliling dunia. Ketika berada di pelabuhan Shanghai, Cina,ia mendengar ribut-ribut di samping kapalnya. Ketika iamelihat ke luar, dilihatnya seorang pria di atas sebuahsampan sedang membungkuk sambil mencengkeram kucir seorangpria lain yang menggelepar-gelepar di dalam air. Pria dalam sampan itu berulang kali membenamkan pria yanglain ke dalam air, kemudian menaikkannya lagi. Kedua orangitu berdebat seru sejenak sebelum "acara penenggelaman" ituberlangsung lagi. Sang Guru memanggil awak kapal dan bertanya apa yang merekapertengkarkan. Anak muda itu mendengarkan beberapa saat,lalu tertawa dan berkata, "Tidak ada apa-apa, Pak. Priadalam sampan itu menginginkan 60 yuan untuk tidakmenenggelamkan pria yang lain. Pria dalam air mengatakan,'Tidak, 40 yuan saja.'" Setelah para murid tertawa karena cerita itu, Sang Guruberkata, "Adakah di antara kamu yang tidak melakukantawar-menawar atas satu-satunya Kehidupan yang ada?" Semuanya diam.PERMAINAN Suatu ketika Sang Guru menunjuk pada suatu pengertian Hindubahwa semua penciptaan merupakan "leela," yakni permainanAllah, dan alam semesta merupakan lapangan bermain-Nya.Tujuan spiritualitas, kata Sang Guru, adalah menjadikanseluruh kehidupan sebagai permainan. Pernyataan itu berkesan terlalu naif bagi seorang tamupuritan. "Lalu tidak adakah artinya bekerja?" PENDIDIKAN ANAK Bagi sepasang suami-istri yang cemas mengenai pendidikananak-anak mereka, Sang Guru mengutip pepatah seorang guruYahudi "Jangan membatasi anak-anakmu pada pengetahuanmu sendirikarena mereka lahir pada zaman yang berbeda."KEPUASAN DAN PENDERITAAN "Mengapa orang tidak bahagia? Karena mereka mendapatkankepuasan yang janggal dari penderitaan mereka," kata SangGuru. Ia menceritakan bagaimana ketika suatu kali ia berada ditempat tidur bagian atas di sebuah kereta api, pada suatumalam. Ia tidak bisa tidur, karena dari tempat tidur bawahseorang wanita terus-menerus mengeluh, "Oh, betapa hausnyasaya ... Aduh, betapa hausnya saya." Terus-menerus suara keluhan itu terdengar. Akhirnya, SangGuru turun ke bawah, berjalan melalui gang sepanjang keretaapi, mengisi dua cangkir besar dengan air, membawanya danmemberikannya kepada wanita malang itu. "Bu, ini ada air." "Oh, baik sekali Anda. Terima kasih." Sang Guru kembali ketempat tidur. Ia menyamankan badannyadan ketika hampir pulas dari bawah terdengar lagi suarakeluhan, "Oh, betapa hausnya saya tadi... Aduh, betapahausnya tadi." BETAPA LEBIH BAIK ... Seorang pekerja sosial mencurahkan beban hatinya kepada SangGuru. Betapa akan lebih banyak dan lebih baik yang dapatdilakukannya bagi kaum miskin, seandainya saja ia tidakharus menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga untukmelindungi diri dan karyanya terhadap fitnah dan salahpaham. Sang Guru mendengarkan penuh perhatian. Ia menjawab dengansatu kalimat. "Tidak seorang pun melemparkan batu pada pohonyang tak berbuah." TINDAKAN TANPA PAMRIH Sang Guru ditanyai, "Dapatkah tindakan mengantar orangkepada Pencerahan?" "Hanya tindakanlah yang mengantar kepada Pencerahan,"jawabnya, "tetapi mestinya tindakan tanpa pamrih, yangdilakukan demi tindakan itu sendiri." Suatu ketika Sang Guru duduk dengan anak seorang bintangsepak bola. Ayahnya sedang latihan. Ketika sang ayahmenembakkan bola dan masuk gawang, setiap orangbersorak-sorai. Anak itu tidak terkesan. Ia hanya duduk sajadan kelihatan jenuh. "Ada apa dengan kamu?" kata Sang Guru. "Apakah kamu barusantidak melihat ayahmu menciptakan gol itu?" "Ya, Ayah memang jitu melakukannya pada hari Selasa ini.Tetapi pertandingannya baru pada hari Jumat. Waktu itulahgol benar-benar dibutuhkan." Sang Guru menyimpulkan, "Tindakan-tindakan dianggap bernilaijika menolong kamu mencapai tujuan-tujuan, bukan demitindakan itu sendiri. Sayang sekali!" DEVOSI Sang Guru tidak melakukan praktek devosi. Ketika ditanya soal itu, ia berkata: "Sebuah lampu kehilangan sinarnya jika berada di sampingmatahari; bahkan candi yang paling tinggi pun kelihatanbegitu kecil di kaki Gunung Himalaya."TEMPAT IBADAH "Sang imam mengatakan kepada saya bahwa rumah ibadah itumerupakan satu-satunya tempat bagi saya untuk beribadah Apapendapatmu?" "Imam itu bukan orang yang tepat untuk dimintai pendapatmengenai hal ini," kata Sang Guru. "Tetapi, bukankah ia ahlinya?" Sang Guru menceritakan pengalamannya ketika ia berada diluar negeri. Pada waktu itu ia menyimak dua buku panduanbagi wisatawan. Pemandu wisata yang menemaninya mengerutkandahi dan, sambil menunjuk pada salah satu dari buku itu, iaberkata, "Buku yang satu ini sangat jelek. Yang itu lebihbaik." "Mengapa? Karena buku itu memberi lebih banyak informasi?" Si pemandu menggelengkan kepala. "Buku itu mengatakan beripemandu 5 dolar. Yang ini mengatakan beri pemandu 50 sen."HUKUM AGAMA Kepada seseorang yang selama bertahun-tahun mempelajarihukum agamanya, Sang Guru berkata, "Cinta merupakan kunciuntuk hidup baik, bukan agama atau hukum." Kemudian ia menceritakan ini. Ada dua siswa sekolah minggu yang bosan dengan pelajaranagama. Yang satu mengusulkan untuk membolos saja. "Bolos?... Tetapi ayah kita akan menangkap kita dan memukulkita." "Kita balas memukul!" "Apa? Memukul ayah? Apa kamu sudah gila? Apakah kamu lupabahwa Allah memerintahkan untuk menghormati ayah dan ibukita?" "Benar ... Nah, kalau begitu, kamu memukul ayahku dan akumemukul ayahmu."LABEL Sang Guru berkata bahwa tidak ada artinya menyatakan dirisebagai orang India, Cina, Afrika, Amerika, Hindu, Kristen,atau Muslim karena semuanya ini hanyalah label. Kepada seorang murid yang mengklaim dirinya seorang Yahuditulen, Sang Guru berkata dengan ramah, "Kamu dikondisikansebagai orang Yahudi, tapi itu bukan identitas dirimu. " "Lalu, apa identitasku?" "Tak sesuatu pun," kata Sang Guru. "Maksud Guru, aku adalah kekosongan dan kehampaan belaka?"kata murid yang tidak percaya itu. "Tak ada sesuatu pun yang dapat diberi label," kata SangGuru.YANG TIDAK DAPAT DIUSAHAKAN Kepada para murid yang secara naif yakin bahwa tak adasesuatu pun yang tidak dapat mereka capai jika merekamenghendakinya dan mengusahakannya, Sang Guru berkata, "Yangterbaik dalam hidup tidak dapat diusahakan adanya." "Kamu dapat berusaha memasukkan makanan ke dalam mulut,tetapi kamu tidak dapat mengusahakan rasa lapar. Kamu dapatberusaha telentang di tempat tidur, tetapi kamu tidak dapatmengusahakan tidur. Kamu dapat berusaha memberikan pujiankepada seseorang, tetapi kamu tidak dapat mengusahakan rasakagum. Kamu dapat berusaha menceritakan rahasia, tetapi kamutidak dapat mengusahakan kepercayaan. Kamu dapat berusahamelakukan tindak pelayanan, tetapi kamu tidak dapatmengusahakan cinta." MENGUBAH ORANG LAIN "Setiap kali kamu berusaha mengubah orang lain," kata SangGuru, "tanyakan pada dirimu sendiri berikut ini: Apa yangakan diberikan oleh perubahan itu: kebanggaan, kesenangan,atau keuntunganku?" Ia menceritakan kisah ini kepada mereka: Seorang pria mau melompat dari jembatan. Seorang polisibergegas menghampirinya, "Jangan! Jangan!" Sambung sipolisi, "Jangan lakukan itu. Mengapa seorang muda sepertikamu yang bahkan belum lagi hidup, sampai berpikir untukterjun ke dalam air?" "Karena saya bosan hidup." "Nah, dengarkan saya. Jika kamu terjun ke dalam sungai itu,saya harus terjun juga menyusulmu untuk menyelamatkanmu.Mengerti? Air itu dingin sekali. Saya baru saja sembuh dariradang paru-paru. Tahu maksud saya? Saya bisa mati. Sayamempunyai istri dan empat anak. Apakah kamu mau hidup denganbeban pikiran seperti ini? Tentu saja tidak. Maka dengarkansaya. Jadilah orang baik-baik. Bertobatlah dan Allah akanmengampuni kamu. Pulanglah. Nah, dalam kesendirianmu dan dirumahmu yang sepi itu, gantunglah dirimu. " KASAR ATAU HALUS "Mengapa banyak orang tidak mendapat pencerahan?" "Karena bukan kebenaran yang mereka cari, tetapi apa yangmenyenangkan mereka," kata Sang Guru. Ia menunjukkannya dengan cerita tentang seorang Sufi: Karena butuh uang, seorang pria bermaksud menjual karpetkasar di jalan. Orang pertama yang ia tawari berkata, "Iniadalah karpet kasar dan sangat kumal." Ia pun membelinyadengan sangat murah. Semenit kemudian pembeli itu berkata kepada orang lain yangkebetulan lewat, "Ini karpet halus, sehalus sutra, Pak;tiada bandingnya." Kata seorang Sufi yang menyaksikan kejadian itu, "Pak,masukkan saya ke dalam kotak sulapmu yang dapat mengubahkarpet kasar menjadi karpet halus, kerikil menjadi batuberharga." Tambah Sang Guru, "Kotak sulap itu tentu saja bernamakepentingan diri: alat yang paling efektif di dunia untukmengubah kebenaran menjadi tipuan."POLITIK DAN SPIRITUALITAS "Saya pikir, spiritualitas itu tidak ada sangkut-pautnyadengan politik," kata seorang murid yang terkejut ketikamengetahui kegiatan-kegiatan politik Sang Guru. "Itu karena kamu tidak tahu apa-apa tentang spiritualitas,"jawab Sang Guru. Pada hari lain, Sang Guru memanggilnya kembali dan berkata,"Kamu pun tidak tahu apa-apa tentang politik." CINTA TANPA PAMRIH "Adakah cinta tanpa pamrih?" tanya seseorang. Sang Guru menjawab: Pak Anu berdiri cemas ketika para malaikat surga memeriksacatatan hidupnya. Akhirnya, Malaikat Pencatat berkata, "Manamungkin?! Belum pernah ada yang seperti ini! Selama hidupmukamu belum pernah melakukan dosa ringan apa pun ... yanglebih kecil dari dosa ringan pun tidak. Segala hal yang kamulakukan adalah perbuatan kasih dan kebaikan semata. Nah,dalam kategori mana kami dapat memperbolehkan kamu masuksurga? Tidak bisa sebagai malaikat, karena kamu bukanmalaikat. Tidak bisa sebagai manusia, karena kamu tidakpunya satu kelemahan. Begini saja, kami akan mengirim kamukembali ke bumi selama sehari, sehingga kamu dapat melakukansekurang-kurangnya satu dosa. Lalu kembalilah kepada kamisebagai manusia." Pak Anu yang tidak berdosa namun malangitu terdampar di sudut kotanya, sedih dan bingung karenadiharuskan menyimpang sekurang-kurangnya satu langkah kecildari jalan hidup yang benar. Satu jam berlalu. Kemudian duajam. Lalu tiga jam berlalu. Pak Anu masih termangu takberdaya, bingung apa yang harus ia lakukan. Maka ketikaseorang perempuan bertubuh padat memberikan kerdipanpadanya, ia menanggapinya tanpa pikir panjang lagi.Perempuan itu tidak muda dan tidak cantik, tetapi ia adalahpaspor ke surga. Maka, Pak Anu tidur dengannya malam itu.Ketika fajar menyingsing, Pak Anu melihat jamnya. Ia haruscepat-cepat. Setengah jam lagi ia akan dibawa ke surga.Ketika ia sedang mengenakan pakaiannya, ia mendadak tertegunkarena perempuan tua itu memanggilnya dari tempat tidurnya,"Oh ... sayangku, Pak Anu, betapa baiknya yang telah engkaulakukan padaku malam ini."BUKAN REVOLUSI Yang dikeluhkan Sang Guru terhadap kebanyakan aktivis sosialadalah ini: yang mereka perjuangkan adalah pembaruan, bukanrevolusi. Katanya, "Suatu ketika ada seorang raja yang sangatbijaksana dan baik hati. Pada suatu ketika ia tahu bahwa adasejumlah orang yang tak bersalah ternyata dikurung di dalampenjara negaranya. Maka, ia memerintahkan supaya dibangunsebuah penjara lain yang lebih nyaman untuk orang-orang yangtak bersalah itu."PENJELMAAN ALLAH Ada seorang murid yang sangat memuja Sang Guru, bahkanmemandangnya sebagai penjelmaan Allah. "Katakan kepada saya, O... Sang Guru," katanya, "mengapaSang Guru datang ke dunia ini?" "Untuk mengajar orang-orang bodoh seperti kamu, agar tidaklagi menyia-nyiakan waktu untuk menyembah para Guru," jawabSang Guru.BULAN DAN JARI Sang Guru bertekad untuk menghancurkan secara sistematissetiap doktrin, kepercayaan, dan konsep tentang yang ilahi,karena hal-hal yang semula dimaksudkan sebagai petunjuk inisekarang malah dianggap sebagai penjelasan. Ia suka mengutip kata-kata bijak dari Timur: "Bila orang bijak menunjuk bulan, yang dilihat orang bodohadalah jari."PERDEBATAN Sang Guru tak mau berdebat dengan siapa pun, karena ia tahubahwa yang dicari oleh "pendebat" adalah pembenaran ataskeyakinannya, bukan Kebenaran. Suatu ketika Sang Guru menunjukkan kepada mereka nilaisebuah perdebatan: "Sepotong roti bermentega jatuh. Yang bermentega di sisiatas atau bawah?" "Tentu saja, sisi yang bermentega di bagian bawah." "Tidak, sisi yang bermentega di atas." "Ayo kita uji." Sepotong roti diolesi mentega lalu dilempar ke atas. Jatuh.Sisi yang bermentega berada di atas! "Saya menang." "Hanya karena saya membuat satu kesalahan." "Kesalahan apa?" "Saya mengoleskan mentega pada sisi yang salah."AGAMA DAN JARI "Kepercayaan agama," kata Sang Guru, "bukanlah pernyataanakan Realitas, tetapi sebuah petunjuk, yang mengarahkan padasesuatu yang tetap merupakan suatu misteri. Misteri itumelampaui pemahaman akal budi manusia. Pendeknya,kepercayaan agama hanyalah sebuah jari yang menunjuk padabulan. Beberapa orang beragama tidak pernah beranjak lebih jauhdari mengamati jari belaka. Yang lain malah asyik mengisapnya. Yang lain lagi menggunakan jari untuk mengucek mata. Inilahorang-orang fanatik yang telah dibutakan oleh agama. Sangat jarang penganut agama yang cukup mengambil jarak darijari mereka untuk dapat melihat apa yang ditunjuk. Merekainilah yang, karena melampaui kepercayaan mereka, justrudianggap sebagai penghujat."LAGI-LAGI JARI Suatu malam Sang Guru membawa murid-muridnya ke alamterbuka. Langit penuh bintang. Sambil menunjuk ke arahbintang-bintang, ia melihat ke arah para murid dan berkata,"Nah, setiap orang pusatkan perhatian pada jari telunjukku." Mereka pun menangkap maksudnya.HAKIKAT MISTIK Ketika penguasa kerajaan tetangga mengutarakanmaksudnya untuk mengunjungi pertapaan, setiap orangbergembira. Hanya Sang Gurulah yang biasa-biasa saja. Sang Raja diantar ke hadapan Sang Guru. Ia menundukramah dan berkata, "Saya percaya bahwa Anda telahmencapai kesempurnaan mistik. Itu sebabnya saya datanguntuk bertanya tentang hakikat mistik." "Mengapa?" tanya Sang Guru. "Saya ingin mendalami hakikat keberadaan kita sehinggasaya mampu mengendalikan keberadaan saya sendiri danrakyat saya, serta membawa bangsa ini ke dalamkeselarasan. " "Baik," kata Sang Guru, "tetapi saya harusmemperingatkan Anda bahwa ketika sudah melangkah cukupjauh, Anda akan menemukan bahwa keselarasan yang Andacari itu tidak dicapai melalui pengendalian, melainkanmelalui penyerahan."DOSA TERBESAR Tanya seorang pengkhotbah yang menganggap dirinyasaleh, "Dalam penilaian Anda, apa dosa terbesar didunia ini?" "Menilai orang lain sebagai pendosa," jawab Sang Guru. "Tentu saja ada. Tetapi pekerjaan menjadi spiritual hanyaketika diubah menjadi permainan." PERBUATAN TANPA PAMRIH Beberapa orang bertanya kepada Sang Guru, apa yang diamaksudkan sebagai "perbuatan tanpa pamrih." Ia menjawab,"Perbuatan yang dicintai dan dilakukan demi perbuatan itusendiri, tidak demi pengakuan atau keuntungan atau hasil." Kemudian ia menceritakan tentang seseorang yang disewa olehseorang peneliti. Orang itu dibawa ke halaman belakang dandiberi sebuah kapak. "Apakah kamu melihat batang pohon yang terletak di sana itu?Saya ingin agar kamu memotongnya. Syaratnya, kamu hanyaboleh menggunakan bagian punggung dari kapak itu, bukanbagian yang tajam. Kamu akan mendapatkan 100 dolar per jamuntuk itu." Orang itu berpikir bahwa peneliti itu sinting, namun upahnyamenggiurkan, maka mulailah ia bekerja. Dua jam kemudian ia datang dan berkata, "Pak, saya berhentisaja." "Ada apa? Bukankah kamu suka bayaran yang akan kamu peroleh?Saya akan melipatgandakan upahmu!" "Tidak, terima kasih," kata orang itu. "Bayarannya baik.Tetapi kalau saya memotong kayu, saya harus melihatkepingan-kepingan kayu beterbangan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar