Kamis, 05 Maret 2009

Cerita 6

PERCAYA?

Pada hari berikutnya Sang Guru bercerita. Ada seorang
perampok yang menemukan sebuah pesan pada pintu besi yang
hendak dibobolnya:

"TOLONG, JANGAN MENGGUNAKAN DINAMIT. PINTU BESI INI TIDAK
DIKUNCI. PENCET SAJA TOMBOLNYA."

Ketika ia memencet tombol itu, sekarung pasir jatuh
menimpanya. Seketika tempat itu jadi terang benderang dan
suara sirene membangunkan seluruh tetangga.

Ketika Sang Guru mengunjungi orang itu di penjara, ia
sungguh memelas: "Bagaimana saya akan dapat mempercayai
orang lain lagi?"CUCI PIRING Ketika seorang tamu dengan sukarela mau mencuci piring, SangGuru berkata, "Apakah Anda yakin bahwa Anda mengetahuibagaimana mencuci piring?" Orang itu berkata bahwa ia telah melakukannya selamahidupnya. Kata Sang Guru, "O... saya tidak meragukankemampuan Anda membuat piring-piring itu bersih. Saya hanyameragukan kemampuan Anda mencuci piring-piring itu." Inilah penjelasan yang ia berikan kepada para muridnyakemudian. "Ada dua cara mencuci piring. Pertama, mencuciuntuk membuat piring-piring itu bersih; kedua, mencuci untukmencuci saja." Keterangan itu masih belum begitu jelas. Maka iamenambahkan: "Tindakan pertama itu mati karena sementarabadanmu mencuci, pikiranmu terpaku pada tujuan membersihkanpiring-piring itu. Yang kedua itu hidup karena dimanapikiranmu ada, di situ tubuhmu berada." PENCERAHAN "Pencerahan," kata Sang Guru, "berarti mengetahui secarapersis di mana kamu berada setiap saat. Itu bukan tugas yangmudah sama sekali." Lalu ia menceritakan tentang seorang temannya yang terkenal,yang bahkan dalam umurnya yang sudah mencapai 80-an ditawaribanyak jabatan. Suatu ketika ia kelihatan di suatu pesta danditanya berapa banyak pesta yang harus dihadirinya padamalam itu. "Enam," kata bapak tua itu tanpa melepaskan matanya daribuku agendanya. "Apa yang sedang Anda lakukan? Melihat jadwal ke mana Andaharus pergi lagi?" tanya mereka. "Tidak," katanya, justru saya ingin tahu di mana saya beradasekarang. "IDEOLOGI Sang Guru alergi terhadap ideologi. "Dalam sebuah perang ide-ide," katanya, "rakyatlah yangmenjadi korban." Kemudian ia menambahkan, "Orang membunuh demi uang ataukuasa. Tetapi pembunuh yang paling bengis adalah mereka yangmembunuh demi ide-ide mereka."IDEOLOGI Sang Guru alergi terhadap ideologi. "Dalam sebuah perang ide-ide," katanya, "rakyatlah yangmenjadi korban." Kemudian ia menambahkan, "Orang membunuh demi uang ataukuasa. Tetapi pembunuh yang paling bengis adalah mereka yangmembunuh demi ide-ide mereka."MENEMUKAN ALLAH Waktu itu waktu ceramah. Sang Guru berkata, "Kehebatanseorang komponis diketahui lewat nada-nada musiknya, tetapimenganalisis nada-nada saja tidak akan mengungkapkankehebatannya. Keagungan penyair termuat dalam kata-katanya,namun mempelajari kata-katanya tidak akan mengungkapkaninspirasi. Tuhan mewahyukan diri-Nya dalam ciptaan, tetapidengan meneliti ciptaan secermat apa pun kamu tidak akanmenemukan Allah; demikian juga bila kamu ingin menemukanjiwa melalui pemeriksaan cermat terhadap tubuhmu." Pada waktu tanya jawab, seseorang bertanya, "Kalau begitu,bagaimana kami akan menemukan Allah?" "Dengan melihat ciptaan, tapi bukan dengan menganalisisnya." "Dan bagaimana seseorang harus melihat?" "Seorang petani keluar untuk melihat keindahan pada waktumatahari terbenam, tetapi yang ia saksikan hanyalahmatahari, awan, langit, dan cakrawala - sampai ia memahamibahwa keindahan bukan 'sesuatu,' melainkan cara khususmelihat. Kamu akan sia-sia mencari Allah sampai kamu memahami bahwaAllah tidak bisa dilihat sebagai sesuatu. Yang diperlukanialah cara khusus untuk melihat - mirip seperti cara seoranganak kecil yang pandangannya tidak diganggu oleh pelbagaiajaran dan keyakinan yang telah dibentuk sebelumnya." DI RUANG CERAMAH Ayah seorang murid merasa geram dan memasuki ruang ceramah.Di situ Sang Guru sedang berbicara. Tanpa peduli akan setiap orang yang hadir, sang bapakberkata kepada anak perempuannya, "Kamu telah menyia-nyiakankarier universitas hanya untuk duduk di kaki orang tololini! Apa memangnya yang telah ia ajarkan kepadamu?" Si anak berdiri; dengan tenang ia mengajak keluar ayahnyadan berkata, "Berada bersama dia telah mengajari saya apayang tidak dapat didapatkan di universitas - yaitu untuktidak takut pada Ayah dan tidak merasa malu atas tingkahlaku Ayah yang jelek." APAKAH ITU? "Apa yang diperlukan agar seseorang mendapatkan pencerahan?"tanya para murid. Kata Sang Guru, "Kamu harus menemukan apa itu yang jatuhdalam air dan tidak menimbulkan riak; menerobos pepohonandan tidak menimbulkan suara memasuki kebun dan tidakmenggoyangkan seujung rumput pun." Setelah berminggu-minggu direnungkan tanpa hasil, para muridberkata, "Apakah sesuatu itu?" "Sesuatu?" kata Sang Guru. "Tetapi itu bukan sesuatu samasekali." "Kalau begitu, bukan apa-apa?" "Bisa dikatakan demikian." "Lalu bagaimana kami harus mencarinya?" "Apakah saya menyuruhmu mencarinya? Itu dapat ditemukan,tetapi jangan pernah dicari. Carilah dan kamu akankehilangan."SEDIKIT AKAN SEGALA Sang Guru mendengar seorang aktris asyik berdiskusi tentangramalan bintang pada waktu makan malam. Ia mendekatinya dan berkata, "Kamu tidak percaya padaastrologi, bukan?" "Oh," jawab perempuan itu, "saya percaya sedikit akan segalasesuatu." KEBERUNTUNGAN Ada orang yang bertanya kepada Sang Guru, apakah Sang Gurupercaya pada keberuntungan. "Tentu," jawab Sang Guru sambil mengerdipkan matanya."Dengan cara apa lagi kita dapat menjelaskan keberhasilanorang lain yang tidak kita senangi?"DISAKITI Sang Guru tidak suka akan orang-orang yang terus-meneruslarut dalam kesedihan atau kemarahan. "Disakiti itu tidak jadi masalah jika kamu tidak memaksamengingatnya," katanya.PEMERKOSA Pada suatu saat Sang Guru bercerita tentang seorang wanitayang melaporkan kepada polisi bahwa ia telah diperkosa. "Gambarkanlah laki-laki itu," kata petugas. "Ya, pertama-tama, ia adalah seorang idiot." "Seorang idiot?" "Ya. Ia tidak tahu apa-apa sehingga saya harus membantunya!" Pernyataan itu kurang lucu maka Sang Guru menambahkan,"Ketika kamu disakiti, cermatilah bagaimana kamu menolongorang yang menyakiti itu." Pernyataannya diprotes banyak orang. Maka ia menambahkan,"Dapatkah seseorang menyakitimu jika kamu menolak untukdisakiti?" KITAB SUCI Ketika ditanya bagaimana Kitab Suci seharusnya digunakan,Sang Guru menceritakan pengalaman waktu ia menjadi guru disebuah sekolah dan melontarkan pertanyaan ini kepada paramurid, "Bagaimana kamu menentukan tinggi sebuah bangunandengan menggunakan alat barometer?" Salah seorang anak yang cerdas menjawab, Saya akan menurunkan barometer dengan tali dan kemudianmengukur panjang tali itu." "Banyak akal dalam ketidaktahuannya," komentar Sang Guru. Kemudian ia menambahkan, "Begitulah akal dan ketidaktahuanorang-orang yang menggunakan otak mereka untuk memahamiKitab Suci, sama dengan mereka yang mencoba memahamimatahari terbenam atau samudra atau desiran angin malam dipepohonan dengan menggunakan otak mereka." EMOSI NEGATIF "Orang tidak ingin membuang rasa iri hati, rasa cemas, rasamarah, dan rasa salah karena emosi-emosi negatif itumemberikan kepada mereka sensasi, perasaan sungguh-sungguhhidup," kata Sang Guru. Dan beginilah ia memberikan ilustrasi. Seorang tukang pos mengambil jalan pintas melalui rerumputandengan naik sepedanya. Sampai di tengah, seekor sapi jantanmelihatnya dan mengejarnya. Orang yang malang itu hampirsaja kena tanduk. "Nyaris kena, ya?" kata Sang Guru yang menyaksikan peristiwaitu. "Ya," kata orang tua itu terengah-engah. "selalu begitulahselama ini." TANPA KONSEP Seorang ilmuwan memprotes Sang Guru yang dinilainya telahbersikap tidak adil terhadap ilmu pengetahuan. Menurutnya,Sang Guru melecehkan "konsep" dan mempertentangkannya dengan"pengetahuan-tanpa-konsep". Sang Guru dengan susah payah menjelaskan bahwa ia takbermaksud memusuhi ilmu. "Tetapi," katanya, "pengetahuanmumengenai istrimu sebaiknya melampaui pengetahuan-konsepilmiah." Ketika berbicara kepada para muridnya, ia bahkan lebih tajamlagi. "Konsep-konsep membatasi," katanya. "Membatasi berartimerusak. Konsep-konsep itu membedah kenyataan. Dan apa yangkamu bedah itu kamu bunuh." "Apakah lalu konsep-konsep menjadi tak berarti?" "Tidak. Bedahlah bunga mawar dan kamu akan mempunyaiinformasi yang berharga - meski bukan pengetahuan - tentangbunga itu. Jadilah seorang ahli dan kamu akan memilikibanyak informasi - tetapi bukan pengetahuan - tentangKenyataan." SIMBOL Sang Guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat olehkebanyakan orang bukan dunia Kenyataan, melainkan dunia yangdiciptakan oleh pikiran mereka. Ketika seorang ahli datang untuk berdebat soal itu, SangGuru meletakkan dua batang korek api di atas lantai dalambentuk huruf T dan bertanya, "Apa yang kamu lihat di sini?" "Huruf T," jawab ahli itu. "Persis seperti yang saya pikirkan," kata Sang Guru. "Takada huruf T; itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apayang kamu lihat di sini adalah dua potong kayu berbentukbatang. " MEMBACA KITAB SUCI "Ketika kamu berbicara mengenai Kenyataan," kata Sang Guru,"kamu mencoba untuk mengungkapkan sesuatu Yang Tidak DapatTerungkapkan kedalam kata-kata sehingga kata-katamu tentuakan gagal dipahami. Demikianlah, orang yang membacaungkapan Kenyataan yang disebut Kitab Suci itu, menjadibodoh dan kejam karena mereka mengikuti, bukan akal sehatmereka, tetapi apa yang mereka pikir dikatakan oleh KitabSuci." Sang Guru mempunyai perumpamaan yang sangat bagus untukmenggambarkannya. Seorang pandai besi didatangi seorang magang yang bersediabekerja keras dengan upah rendah. Ia pun memberikan perintahpada orang muda itu, "Saya akan mengeluarkan logam daritungku, lalu meletakkannya pada landasan; dan jika sayamengangguk, tempalah dengan palu." Magang itu melakukanpersis apa yang menurutnya diperintahkan oleh si pandaibesi. Di kemudian hari dialah yang menjadi pandai besi desaitu."
KESALAHAN

Kepada seorang murid yang takut membuat kesalahan Sang Guru
berkata,

"Mereka yang tidak membuat satu kesalahan pun justru membuat
kesalahan paling besar: mereka tidak mencoba sesuatu yang
baru."

APAKAH ALLAH ADA? "Katakan kepada saya," kata seorang ateis, "apakah Allah itusungguh-sungguh ada?" Jawab Sang Guru, "Jika kamu menginginkan sayasungguh-sungguh jujur, saya tidak akan menjawab." Para murid penasaran mengapa ia tidak menjawab. "Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab," kata Sang Guru. "Jadi, Guru juga ateis?" "Tentu saja tidak. Orang ateis membuat kesalahan karenamenyangkal kenyataan yang tidak mungkin dijelaskan." Setelah diam sejenak, ia menambahkan, "Dan orang teismembuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya." PENGEMIS BUTA Sang Guru dan seorang murid mendatangi seorang buta yangduduk di pinggir jalan sambil meminta-minta. Kata Sang Guru, "Berilah orang itu derma." Murid itumeletakkan uang logam ke dalam topi sang pengemis. Kata Sang Guru, "Kamu tadi seharusnya membuka topimu sebagaitanda hormat." "Mengapa?" tanya murid itu. "Setiap orang harus melakukan itu ketika memberikan derma." Tetapi orang itu kan buta? Siapa bilang? kata Sang Guru mungkin saja ia menipu."RAHASIA KETENTERAMAN "Apa rahasia ketenteramanmu?" Kata Sang Guru, "Bekerja sama sepenuh hati denganyang-tidak-dapat-terhindarkan."PENDERMA Pertapaan itu kedatangan banyak orang sehingga perludidirikan bangunan tambahan. Seorang pedagang mengeluarkancek sejuta dolar dan meletakkannya di hadapan Sang Guru.Sang Guru mengambilnya dan berkata, "Baik. Sayamenerimanya." Pedagang itu kecewa. Yang diberikannya adalah sejumlah besaruang dan Sang Guru tidak mengucapkan terima kasih kepadanya. "Ada sejuta dolar dalam cek itu," katanya. "Ya, saya melihatnya." "Bahkan meskipun saya adalah seorang yang kaya raya, sejutadolar adalah uang yang besar." "Apakah Anda ingin agar saya mengucapkan terima kasih?" "Sudah seharusnyalah." "Mengapa harus? Pemberilah yang seharusnya berterima kasih,"kata Sang Guru.SISI LUAR Gagasan bahwa segala sesuatu di dunia ini sempurna tidakdapat dipahami oleh para murid. Maka Sang Guru menerangkannya dengan lebih sederhana: "Allahmerajut rancangan-Nya yang sempurna dengan benang-benanghidup kita," katanya, "bahkan dengan dosa-dosa kita. Kitatak dapat melihat itu karena kita hanya mengamati sisi luarkain rajutan itu." Dan, secara lebih ringkas, "Apa yang oleh beberapa orangdilihat sebagai batu mengkilap, oleh ahli permata disebutsebagai berlian." BENAR Para murid merasa tersinggung karena melihat ajaran-ajaranSang Guru dijadikan bahan tertawaan dalam sebuah majalahnasional. Sang Guru tidak terganggu sama sekali. "Apakah sesuatumenjadi sungguh-sungguh benar," katanya, "jika tak seorangpun menertawakannya?"TIDAK BAHAGIA Sang Guru mengajar, satu alasan yang membuat orang tidakbahagia adalah karena mereka berpikir bahwa tidak adasesuatu pun yang tidak dapat mereka ubah. Untuk itu ia suka menuturkan cerita tentang seorang pembeliyang mengatakan kepada pemilik toko, "Radio transistor yangkamu jual kepada saya itu kualitas suaranya istimewa, tetapisaya ingin menukarkannya dengan radio yang program acaranyalebih baik." KONSISTENSI ATAU KEBENARAN Pada masa mudanya Sang Guru pernah menjadi aktivis politikdan memimpin gerakan demonstrasi melawan pemerintah. Beribu-ribu orang meninggalkan rumah dan pekerjaan merekauntuk menggabungkan diri. Ketika mereka baru hendak mulai,tiba-tiba saja Sang Guru menghentikan semuanya. "Apa-apaan ini?! Gerakan ini telah direncanakanberbulan-bulan dan telah menghabiskan uang rakyat. Merekaakan menuduh kamu tidak konsisten," bentak para pengikutnyayang marah. Sang Guru tidak bergeming. "Komitmen saya bukanlah padakonsistensi," katanya, "melainkan pada Kebenaran."KEDAMAIAN "Apa yang kamu cari?" "Kedamaian," jawab seorang tamu. Bagi orang-orang yang mencari perlindungan bagi ego mereka,kedamaian sejati hanya akan mengakibatkan gangguan." Lalu, kepada kelompok religius yang datang untuk menengokdan meminta berkat, ia berkata dengan senyuman nakal, "Semoga damai Allah mengganggu kamu selalu!."PERUMPAMAAN HIDUP Sepulang dari perjalanan, Sang Guru menceritakan salah satupengalamannya yang menurutnya merupakan perumpamaan mengenaihidup. Pada waktu istirahat pendek, ia berjalan ke warung makanyang kelihatan apik. Ada sup lezat, gulai panas, dan semuajenis hidangan yang serba menggoda selera. Ia memesan sup. "Anda penumpang bus?" tanya sang pelayan dengan nadakeibuan. Sang Guru mengangguk. "Tidak ada sup." "Kalau gulai nasi panas?" tanya Sang Guru dengan rasa heran. "Juga tidak, karena Anda penumpang bus! Anda sebaiknyamembeli roti saja. Seluruh pagi saya habiskan gunamempersiapkannya, dan Anda bisa menyantapnya dalam waktutidak lebih dari 10 menit. Saya tidak akan mempersiapkanmakanan yang tidak dapat Anda nikmati dengan waktu yang Andamiliki." SELARAS DENGAN ALAM Selalu tumbuh sukacita ketika memandang Sang Guru melakukantindakan sederhana: duduk atau berjalan atau minum secangkirteh atau mengibaskan seekor lalat. Ada pesona dalam semuahal yang ia kerjakan yang membuatnya tampak selaras denganAlam, seolah-olah tindakan-tindakannya bukan dihasilkanolehnya, tetapi oleh Alam Semesta. Pada suatu ketika ia menerima sebuah bingkisan. Para muridterkagum-kagum memperhatikan dia melepas ikatan, membukabungkus, dan mengeluarkan isinya seolah-olah bingkisan ituadalah makhluk hidup.PENGAKUAN DOSA Seorang rohaniwati bercerita kepada Sang Guru, ia baru sajamengaku dosa pada pagi itu. "Saya tidak dapat membayangkan bahwa kamu melakukan dosaberat," kata Sang Guru. "Apa yang tadi kamu akukan?" "Yah, saya pernah malas pergi ke Misa pada suatu hari Minggudan saya pernah menyumpahi tukang kebun. Pernah juga sayamengusir ibu mertua saya selama satu minggu." "Tetapi bukankah itu terjadi lima tahun yang lalu? Tentunyakamu sudah pernah mengakukannya." "Ya. Tetapi saya selalu mengakukannya setiap kali. Sayamemang suka mengingat-ingatnya."METODE "Saya telah hidup bersama Anda selama empat bulan tapi Andabelum memberikan metode atau teknik apa pun." "Metode?" kata Sang Guru. "Untuk apa kamu menginginkanmetode?" "Untuk mencapai kebebasan batin." Sang Guru serta-merta tergelak-gelak. "Kamu harus sangat,sangat terampil agar bisa mencapai kebebasan denganmenggunakan perangkap yang disebut metode itu," katanya. KETINGGALAN ZAMAN? Ketika seorang murid mengeluh bahwa spiritualitas Sang Guruperlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, Sang Gurutertawa keras-keras. Kemudian ia menceritakan kisah seorangpelajar yang mengatakan kepada seorang penjual buku, "Tidakada buku anatomi yang lebih baru? Buku-buku yang ada di sinisudah berumur 10 tahun atau lebih!" Kata penjual buku, "Dengarlah, Nak. Tidak ada penambahantulang apa pun dalam tubuh manusia selama 10 tahun terakhirini." "Demikian pula halnya," sambung Sang Guru, "tidak adapenambahan apa pun dalam kodrat manusia selama 10.000 tahunterakhir ini." MAHAKARYA Kepada seorang pelukis Sang Guru berkata, "Agar dapatberhasil, setiap pelukis harus menggunakan waktu berjam-jamdalam usaha dan kerja keras tanpa henti." "Beberapa orang berhasil mengesampingkan ego. Ketika ituterjadi, sebuah mahakarya pun lahir." Lalu, seorang murid bertanya, "Siapa yang bisa disebutseorang Mahaguru?" Sang Guru menjawab, "Siapa saja yang mengesampingkan egonya.Hidup orang itu adalah sebuah mahakarya." DIMANA KEBENARAN? Sang Guru selalu mengajarkan bahwa Kebenaran itu ada didepan mata kita dan alasan kita tidak melihatnya adalahmiskinnya perspektif. Pada suatu hari ia mengajak seorang murid naik gunung.Ketika mereka berada pada pertengahan jalan, sang muridmemandang semak belukar dan mengeluh, "Manakah pemandanganindah yang selalu Guru ceritakan itu?" Sang Guru menjawab "Kamu sedang berdiri di atasnya, sepertiyang akan kamu lihat bila kita sampai di puncak." KATA-KATA Jarang Sang Guru begitu mengesankan seperti saat iamemperingatkan akan daya sihir kata-kata. "Hati-hatilah pada kata-kata," katanya. "Saat kamu kurangwaspada, kata-kata itu akan menampakkan wujud aslinya,kata-kata itu akan memesonakan, memikat, menteror, membuatkamu tersesat dari kenyataan yang mereka wakili, membuatkamu mempercayai bahwa kata-kata itulah yang nyata." "Dunia yang kamu lihat bukanlah Kerajaan seperti yangdilihat anak-anak, melainkan dunia yang terpecah-pecah,terpecah ke dalam beribu-ribu kepingan oleh kata ....Kenyataan itu seolah-olah seperti riak gelombang samudrayang kelihatan berbeda dan terpisah dari seluruh samudra." "Ketika kata-kata dan pikiran diheningkan, Alam Semestaberkembang - nyata, menyeluruh, dan satu dan kata-katatampil sebagaimana mestinya, sebagai not - bukan musik,sebagai menu- bukan makanan, sebagai penunjuk arah - bukantujuan perjalanan."OMONG KOSONG Ketika Sang Guru berbicara tentang daya hipnotis kata-kata,seseorang dari bagian belakang berteriak, "Anda omongkosong! Jika saya mengatakan Allah, Allah, Allah, apakah ituakan membuat saya ilahi? Dan jika saya mengatakan dosa,dosa, dosa, apakah itu akan membuat saya jahat?" "Duduk, bajingan!" kata Sang Guru. Kontan saja, orang itu segera naik pitam. Mukanya merahpadam. Ia terdiam sesaat, lalu dengan suara serak iaungkapkan rasa tersinggung dan sakit hatinya. Sang Guru kelihatan menyesal sekali dan kemudian berkata,"Maafkan saya, Tuan, saya memang khilaf. Sayasungguh-sungguh minta maaf atas kelancangan yang tidaktermaafkan itu." Orang itu segera menjadi tenang. "Nah, kini kamu tahu jawabnya. Satu kata membuat kamu naikpitam dan yang lainnya menenangkan kamu," kata Sang Guru.KEBIJAKSANAAN Gubernur mengundurkan diri dari jabatan tingginya dan datangkepada Sang Guru, minta diajar. "Ajaran apa yang Saudara inginkan dari saya?" tanya SangGuru. "Kebijaksanaan," jawabnya. "Ah, Sahabatku! Betapa senangnya saya mengajarkan itu kalausaja tidak ada satu rintangan besar." "Apa?" "Kebijaksanaan tidak dapat diajarkan." "Kalau begitu, tak ada sesuatu pun yang dapat saya pelajaridi sini." "Kebijaksanaan dapat dipelajari, tetapi tidak dapatdiajarkan."
REKAMAN

Beberapa murid sedang berwisata naik gunung bersalju. Di
mana-mana hening. Mereka ingin tahu kalau-kalau ada
suara-suara pada malam hari. Mereka memencet tombol RECORD
pada tape-recorder, meninggalkannya di muka tenda mereka dan
pergi tidur.

Setibanya di pertapaan, mereka memutar kembali tape itu.
Tidak ada suara sama sekali, sunyi semata.

Sang Guru, yang turut mendengarkan tape itu, menyela,
"Apakah kamu tidak mendengarnya?"

"Mendengar apa?"

"Harmoni semesta galaksi yang sedang bergerak," kata Sang
Guru.

Para murid saling berpandangan, takjub.KELEKATAN DAN PERSEPSI Kelekatan mengganggu persepsi kita, itulah tema yang kerapkali muncul dalam perbincangan Sang Guru. Para murid mendapatkan contoh yang sempurna ketika merekamendengar Sang Guru bertanya kepada seorang ibu, "Bagaimanakeadaaan anak perempuan Ibu?" "O, putriku tersayang? Betapa beruntungnya dia! Diamempunyai suami yang hebat, yang memberinya sebuah mobil,intan permata, dan pelayan-pelayan yang melayaninya. Sangsuami melayani makan pagi di tempat tidur dan anakku bisatidur bermalas-malasan sampai siang. Betapa hebat pria itu!" "Dan kabar anak laki-lakimu?" "Ah, betapa malang anak itu setelah menikah. Ia memberikanmobil kepada istrinya, juga semua permata yang diinginkanistrinya serta sejumlah pelayan untuk melayaninya. Danistrinya tetap tinggal di atas tempat tidur sampai siang!Bahkan ia tidak mau bangun untuk menyediakan makan pagi bagisuaminya." AKSI BUNUH DIRI Ada berita menghebohkan tentang seorang pria rohaniwan yangtelah meninggal dalam sebuah aksi bunuh diri. Sementara tak seorang pun dalam pertapaan setuju dengantindakan rohaniwan itu, beberapa mengatakan bahwa merekamengagumi imannya. "Iman?" kata Sang Guru. "Ya, bukankah ia memiliki keberanian berdasarkankeyakinannya?" "Itu fanatisme, bukan iman. Iman menuntut keberanian yanglebih besar: untuk menguji kembali keyakinan-keyakinanseseorang dan menolak keyakinan-keyakinan itu jika tidaksesuai dengan kenyataan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar